“19 JANUARI 2016”

Dingin menyelimutiku hari ini, Ayah

dan bukan hanya karena ingatan tentangmu

Hari ini aku merasa payah dan lemah

Takutnya kau akan kecewa bila melihatku

 

Dingin masih mengusikku, Ayah

Kukira aku akan selalu kuat

Dia berhasil mencuri energiku hingga aku lelah

Mungkin kau akan ingin menghajarnya dengan sekali babat

 

Apakah aku telah gagal?

Salahkah bila aku merasa sial?

Untunglah, tak kubiarkan dia memperlakukanku sesukanya

Penolakanku membuatnya kecewa

 

Namun entah kenapa,

aku tetap tidak begitu murka

Marah, namun benci itu tak jua tercipta

bahkan saat dia lenyap tanpa ucapan selamat tinggal,

seakan aku hanya mainan belaka

seakan aku tak pernah berarti apa-apa

bahkan teman pun bukan

Apakah aku kecewa?

Ya

Namun aku juga lega

Mungkin memang lebih baik begini adanya,

daripada aku semakin terluka

 

Maafkan aku, Ayah

Semoga arwahmu tidak makin gelisah

Seharusnya aku tidak membuat susah

hanya gara-gara lelaki yang salah

 

Aku lebih beruntung darinya, Ayah

Dia tidak pernah tumbuh dengan sosok sepertimu

Dia bahkan berharap bisa menukar sang ibu

berharap tumbuh sebagai sosok berbeda

 

Entah kenapa, aku masih ingin memaafkannya, Ayah

Mohon jangan marah

meski jiwa ini masih lelah

dan benakku masih beku oleh amarah

 

Dingin masih merasukiku, Ayah

Mungkin kubiarkan saja dulu

Namun, apakah rasa takut ini salah

bila sosok berikutnya seperti itu?

 

Aku telah melepasnya

bagai kelelawar di angkasa

Biarlah gelap menaungi langit malam

selama hati ini tak selamanya kelam…

 

R.

(Jakarta, 19 Januari 2016)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.