gejolak rasa menyesak rongga dada
mengalir dari ruang hati yang sunyi
detak jantung mulai kencang meronta
mengukir jalinan kata dalam puisi
ingin bicara namun terkunci lidah
hendak menjerit tapi mulut terkatup
tetes airmatapun kini mengering sudah
daun pintu jiwaku begitu rapat menutup
hingga menjelang waktu pagi tiba
beribu tanya bergolak tak menentu
terlintas dalam benak yang hampa
terpuruk di sudut malam atas sikapmu
hanya satu hal yang ingin ku tahu
kemanakah arah angin ‘kan menuju
aku mengerti bila kau merasa lelah
tapi jangan membuatmu menyerah
jemari tanganku meraih bayangan asa
yang jauh tertinggal di atas cakrawala
gema suaraku memanggil-manggil namamu
hanya seuntai rindu yang kembali menyatu
masihkah kau simpan seikat janji
yang dulu pernah kita sepakati
meski badai melanda di setiap waktu
sudikah kau menepis bayangan semu
kau tahu aku benci pada puisi ini
kutulis saat tenggelam dalam rindu
kaupu mengerti bahwa aku merasa benci
sebab puisi ini tercipta hanya untukmu
@donibastian – lumbungpuisi
Solo, 06/05/2015