aku ingin bertanya kepada diriku sendiri
masih pantaskah orang menyebutku patriot
apalagi punya rasa nasionalisme yang tinggi
sedangkan cara berpikirku masih kolot
sekadar berdiri bermandi cahaya matahari
sambil merapatkan jemari menempel di dahi
menginjak rumput kering di lapangan bola
patuh ikuti perintah sang komandan upacara
sementara mengalir kencang lagu indonesia raya
dalam senandung lirih bibirku ikut bernyanyi
suara speaker butut memecah gendang telinga
sedangkan di dalam hatiku mengalun sunyi
Indonesia raya.. merdeka.. merdeka..
yang keluar dari mulut-mulut malas
tak seperti teriak mereka di medan laga
berlari menerjang menembus batas
basah bajuku bercampur peluh dalam gerah
sedangkan baju mereka bersimbah darah
mengalir keringat membasahi sekujur tubuh
tak seperti airmata bunda mereka yang jatuh
merdeka adalah mimpi mereka sepanjang malam
di antara tangis derita hidup di bawah kaki penjajah
bagiku merdeka hanyalah sebatas dalam tulisan
yang tertulis tebal di antara halaman buku sejarah
derap langkah paskibraka yang berbaris rapi
bergerak seirama menuju ke arah tiang bendera
tak serapi langkah mereka yang lari bersembunyi
menghindar desing peluru yang mengancam jiwa
aku hanya melihat daun cemara jatuh terhempas angin
di pinggir lapangan saat aku rebah melepas lelah badan
tak teringat ribuan nyawa gugur di medan pertempuran
rela berkorban jiwa dan raga demi meraih kemerdekaan
sang merah putih berkibar dipuncak tiang
sebagai bukti pengorbanan para pahlawan
darah dan airmata yang membasahi bumi
kini menjelma menjadi pusaka nan abadi
#donibastian – lumbungpuisi
highlander – 16/08/2015