Genduk Lelah Di Negeri Orang

 

13660737331352767273

Puisi Karya : Feisya

Daster batik terusan panjang
Hanya tiga pasang yang ia punya
Aromanya bercampur antara aroma bawang juga keringat
Ia cuci saat menjelang datangnya lelap

Genduk sesungguhnya rindu negerinya
Negeri Genduk terdengar negeri yang sudah menjadi negeri antah brantah
Meskipun begitu ….
Genduk tetap mencintai negerinya

Samar samar genduk merapikan kenangannya
Kenangan di mana ia harus terpisah dengan putrinya
Yang seharusnya belum boleh di sapih
Namun genduk mengikat puting susunya

Air mata Genduk juga jeritan putrinya
Tangisan Mbok dan Bapaknya
Adik adiknya yang sedih
Cinta yang ia ikat jadi satu dengan tiga baju batik yang baru ia beli

Genduk melintasi awan
Menganyam matahari
Membuntal air mata
Sesekali menyeka air susunya yang terus meleleh

Genduk , menguap tanda raga perlu di rebahkan
Genduk jauh mencari nafkah di negeri orang
Genduk menangis setiap malam
Genduk terkadang juga marah , saat ia tak lagi bisa menyusui anaknya

Namun ini sketsa yang harus ia gores dalam dua tahun lamanya
Genduk di sebut babu
Di sebut pahlawan devisa
Genduk tak ambil pusing soal sebutan apa yang tepat untuknya

Genduk hanya meratapi
Dan bertanya,
Kenapa tak ada pilihan , agar ia tetap bisa mendekap putrinya
Juga bisa melihat usia si Mbok dan Bapak yang merangkat senja

Genduk berharap
Negerinya kaya raya seperti dalam cerita
Genduk berdoa agar majikannya yang jahat suatu ketika mencari pekerjaan di negerinya
Genduk juga memohon supaya Tuhan mengubah nasibnya

PF (Enambelas, Empat, Tigabelas )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

1 Komentar