dulu ketika aku masih berumur lima
ibuku bekerja menjahit baju dirumah
sekedar untuk mencari sedikit nafkah
agar aku bisa berangkat ke sekolah
ayahku sudah tiada sejak aku bayi
menyambung hidup membanting tulang
kaki untuk kepala, kepala buat kaki
demi tiga anaknya, ibu gigih berjuang
waktu itu aku sedang makan siang
dimeja hanya tinggal sepiring nasi
karna lapar aku habiskan sendiri
kulihat matanya sayu memandangi
sambil tersenyum ibu berkata :
“makanlah yang banyak, nak..
biar kau cepat besar, ibu belum lapar..”
***
semasa aku masih di sekolah pertama
ditengah malam tiba tiba aku terjaga
kulihat ibuku masih sibuk bekerja
menyelesaikan pesanan baju tetangga
karna kerja seharian, wajahnya nampak lelah
kudengar suaranya lemah, ibu berkata :
“teruskan tidurmu nak..
sebentar lagi juga selesai, .. ibu belum ngantuk..”
***
pernah pada suatu acara karnaval disekolah
siang itu matahari terasa panas luar biasa
ibu sedang menunggu untuk menjemputku pulang
manahan gerah kulihat keringatnya bercucuran
sejenak ibu memberiku sebotol dingin minuman
“minumlah nak, biar segar badanmu..
habiskan saja,.. ibu tidak haus..”
***
pada suatu sore di beranda depan
ibu sedang bercakap dengan paman
yang baru saja datang dari jogja
sambil bercanda paman bertanya
“kau sudah lama sendiri.. mengapa tak menikah lagi..”
ibu kemudian menjawab :
“tidak.. aku lebih senang bersama anak-anak..”
***
waktu terus berjalan hingga aku mulai bekerja
sedangkan ibu semakin tua dan tak seperti dulu
sebagian penghasilanku, kuberikan kepada ibu
tapi ibu menolak, sambil memelukku berkata :
“terima kasih nak, ibu masih punya uang
“keperluanmu masih banyak..”
***
kini aku sudah jadi pejabat di ibukota
bisa membeli sebuah rumah besar dan indah
aku berniat mengajak ibuku tinggal bersama
ketika aku memintanya berangkat, ibu berkata :
“nak, nanti merepotkan.. ibu disini saja
lagipula sudah kerasan.. hidup didesa..”
***
hingga suatu hari aku harus segera pulang
kulihat ibuku terbaring lemah diatas dipan
tubuhnya kurus akibat penyakit menyerang
bibirnya mengatup karna sakit tak tertahan
akupun tak tega melihatnya
tak terasa kuteteskan airmata
kudengar lirih, ibu berkata :
“nak, jangan menangis. ibu tak apa apa..
jangan takut, nak.. sebentar juga sembuh”
sesaat kemudian ibu menghembuskan nafas terakhir
bersama dengan airmataku berderai jatuh mengalir
didepan jenasah ibuku aku berkata :
ibu,
aku baru mengerti sekarang
semua yang kau ucapkan itu
kau telah rela berbohong
demi cinta kasihmu yang tulus
kepada anak-anakmu..
ibu, beristirahatlah dengan tenang
disini aku bersujud memohon kepadaNya
semoga Tuhan senantiasa mencintaimu
sebagaimana yang telah kau lakukan
kepada anak-anakmu..
.oOo.