akar rumput menggeliat ditengah hawa panas
musim kemarau panjang telah membakar daunnya
akar ilalang menyeru kepada mega diangkasa
wahai mega, dimana kau sembunyikan nama
lihat sejenak kami yang dibawah
sekujur tubuh kami telah legam
terbakar oleh musim kerontang
sepanjang sungai mengalirkan debu
setiap danau mengandungkan abu
wahai mega, sudikah kau sejenak bersenandung
nyanyikan lagu kerinduan untuk semesta
menepis tangisan anak angsa yang termangu dihalaman
menunggu saat bermain di atas air yang mengalir jernih
ribuan nama terselip dibalik kelambu kamarmu
pilihkan saja satu nama untuk kau turunkan
bersama embun yang terurai dipagi hari
bersama rinai gerimis yang luruh di satu senja
bukankah masih ada ruang waktu untukmu
untuk sekedar bercengkarama dengan mereka
bercerita tentang rumpun bambu yang kekeringan
berkisah tentang airmata petani yang tumpah
diatas tanah sawah ladang yang berserakan
terbujur kaku dan tak sepucuk daunpun tumbuh
wahai mega, penentu cuaca dihari esok
jadikan suasana pagi menjadi sejuk
redamkan terik ditengah udara gerah
lengkungkan pelangi membelah cakrawala sore
padamkan kegelisahan dikala malam tiba
selaksa batang dan ranting diatas muka bumi
menyatu dalam satu irama lagu
sendu mendayu
menunggumu..
.oOo.