detik waktu berjalan nyaris menyentuh pusat malam
kedua bola mataku semula redup kembali menyala
kala kubaca sebaris kisah dipermukaan layar datar
cerita tentang pengemban amanat kembali berkhianat
batin ini menjerit untuk kesekian kali
seakan tak mau percaya bila ini terjadi
emas segunung sudah tertimbun dalam peti
kemilau permata mana lagi yang ingin kau cari
sejenak aku rebahkan tubuhku dipapan kayu
langit langit kamar nampak beku tak bernyawa
sejenak arah mataku jatuh tepat diwajah anakku
yang tertidur pulas setelah seharian bermain boneka
kudekati tubuhnya yang mungil dibalik tirai kain kasa
jemariku menggigil saat mengusap lembut dahinya
bening airmata menggumpal dikedua sudut mata
tak kuasa lagi meredam sejuta miris rasa didada
anakku,
apa lagi yang bisa kami wariskan untuk masa depanmu
sementara para petinggi di negeri ini tega menghianati
para penegak kebenaran yang seharusnya jadi panutan
justru mereka sendiri yang melumat habis semua harapan
lalu bagaimana bila ini terus terjadi
mau kemana arah perjalanan negeri ini
sampai kapan mereka akan berhenti
berbenah diri dan kemudian kembali
kepada hakikat nurani yang suci
ibu pertiwi berlinang airmata
menyaksikan anak bangsa
yang tega berbuat nista
masih ada tersisa doa
yang sempat aku titipkan
bersama burung merpati
yang terbang dibalik awan
menuju ke langit tertinggi
.oOo.