disini aku mencoba mengubur sekeping cinta
dan kuletakkan sebongkah batu sebagai tanda
di sela ranting pohon meranggas kusimpan asa
kubakar sisa kenangan diatas api yang menyala
langit diam terhampar diatas bumi yang kupijak
sayup kudengar kembali suara dibalik awan berarak
meski aku berusaha menutup kedua kelopak mata
namun mengapa bayang wajahmu makin terlukis nyata
rembulan dan bintang telah kupanggil sebagai saksi
ditengah kerlip kunang kunang yang menerangi malam
sepanjang waktu yang terpasung di malam yang sunyi
aku berjanji tak kan ingin mengenang masa silam
entah angin mana yang datang mengajakku berdendang
meniup serangkai nada seiring bekas jejak perjalanan
mengurai kembali catatan kisah yang lama terbuang
saat bulir-bulir kasih sedang tumbuh bermekaran
aku ingin berlari dari kejaran selaksa ingatan tentangmu
tak tahu harus kemana lagi mencari tempat bersembunyi
canda tawamu bagai rintik hujan mengetuk daun pintu
seakan membuka kembali beranda hati yang lama terkunci
lukisan usang kala bersamamu diatas dua roda
menjelma menjadi prasasti yang tak mampu kulupa
pancarkan aura kerinduan pada setangkai bunga
yang dulu pernah kutitipkan sebagai pertanda
lebat daun cemara berguguran diterpa bayu melanda
terhempas di atas batu karang yang meruncing tajam
lengkung pelangi tak lagi tergambar di kanvas senja
melepas semua harapan yang kandas di penghujung malam
ternyata menghapus kisah tak semudah kerdipkan mata
berpaling dari kenyataan tak semudah membalik tangan
meski berjuta cara kutempuh demi membunuh gelora cinta
meski mulutku berkata tidak tapi kata hati tak tertahan
sampailah pada satu masa dimana aku harus menyerah
melihat wajahmu yang memudar tergerus pusaran waktu
biarlah kunikmati kisah cinta yang kini pupus sudah
menutup semua nostalgi yang telah jauh pergi berlalu
@donibastian – lumbungpuisi #301
greenfield 28/06/2015
image : fineartamerica.com