secawan tembikar semburat warna merah bata
melingkar bundar sedikit gompal dibibirnya
menunggu datangnya karnaval penari latar
merabak aroma rempah meyeruak dinding kamar
serombongan penabuh gendang melenggang didepan
beberapa pasang kaki telanjang nampak lincah menari
merekah komposisi tembang gaya kampung pedalaman
menyusul barisan anak perawan parasnya berseri-seri
seorang anak calon pengantin muda sedang berjalan pelan
wajahnya tertunduk malu, matanya menatap ke aspal jalan
lelaki ingusan dari desa seberang itu sudah mulai berani
melamar seorang gadis sebagai pendamping hidup nanti
dataran cobek telah ramai dipenuhi resep bumbu ramuan
cabai bawang tomat terasi gula dan merica jadi campuran
garam di laut asam dari gunung bertemunya di cobekan
kau di kota aku dari kampung bersandingnya dipelaminan
bahan olahan berangkulan menahan gempuran segumpal batu
datang menggerus tubuh mereka tanpa permisi terlebih dahulu
satu persatu pecah menggeliat dihempas alu yang terus menekan
adonan basah merembes aroma pedas mengundang sayur lalapan
dibalik tirai kelambu tubuhmu terbaring di ranjang bambu
aku mengajakmu terbang tinggi meraih bulan di atas awan
desah nafasmu mengisi kesunyian malam bertaut erat nafasku
secangkir madu kau teguk sesaat sampai di batas perjalanan
sambal cobek menemani tumpukan lauk tersedia diatas meja
diantara kepulan nasi hangat menghalau dinginnya udara
kau dan aku bangkit menuju ke arah dimana mereka berada
hidangan makanan tersedia bersama nikmatnya malam pertama
sambal cobek tersaji di malam pertama
biar aku ini jelek tapi istriku cantik jelita
.oOo.