dia berniat melukis seberkas putih aura
melapis perisai baja ditengah medan laga
lenggang langkah kakinya menapak angkuh
bersembunyi dibalik tirai jati diri yang rapuh
wajahnya terguyur tirta tujuh sumur tua
mengunyah aroma wangi kembang kamboja
luruh korban berserakan dibawah telapak kaki
menepuk sebelah dada dipuncak singasana ilusi
berkas sinar putih itu seketika berganti rupa
menjadi butiran debu yang melayang diudara
hinggap sesaat dipucuk sebongkah batu hitam
menunggu datang angin mendesir diwaktu malam
sesekali bayu meyapa lembut mengelus batu
menepis debu yang menghias pada pemukanya
mereguk secangkir dosa yang berulang kali diramu
tak sadar akan apa yang tlah terjadi sesungguhnya
apalah arti sebutir debu yang hinggap diatas batu
bila sesaat lagi desah angin itu mengajaknya pergi
kenakan baju rohani bagai rahib tersesat dijalan
melumat waktu yang tersisa didalam kehidupan
raut mukanya kini nampak kusut
bagai sehelai kertas lusuh dipelataran
merajut impian menantang maut
debar jantungnya makin tak beraturan
didalam hatinya dirundung rasa cemas
dikejar bayangan palu terayun di meja hijau
tinggal menunggu detik waktu yang melintas
tergiring rayuan manis menuju rakitan ranjau
kepada waktu dia seharusnya berkaca
hanya waktu jualah yang akan bicara..
.oOo.