sendiri berjalan dibawah hujan gerimis
ditengah sepinya malam tiada berbintang
didalam benaknya masih jelas terlukis
wajah para kerabat yang tlah berpulang
musim bunga kini berlalu sudah
bersama sekeping hati yang patah
erat memeluk jiwa yang semakin rapuh
puing harapan tercecer tak lagi utuh
jarak pandangnya tinggal sejengkal kedepan
terhalang tirai kabut kelam yang menghadang
tersesat dalam rumitnya belantara persoalan
dia tak mampu lagi temukan arah jalan pulang
seakan lupa bahwa dirinya pernah terbang tinggi
bersama gemerlap bintang meraih puncak prestasi
kedua sayapnya menguncup tak mengembang
meringkuk sendiri didalam sempit kandang
wahai lelaki yang tengah dirundung malang
mengapa kau terlelap dalam tidur panjang
sadarkah dirimu bahwa kau musti jadi pemenang
segeralah bangkit meraih masa depan cemerlang
bentangkan kedua sayapmu
kepak-kepakkan sekuat tenaga
menepis semua mimpi burukmu
terbanglah kembali ke angkasa
segala hayat yang pernah ada dialam semesta
tentu akan mati bila sudah tiba waktunya
bilapun harus kehilangan semua saudara
bukan berarti bahwa kau sebatang kara
mungkin tiada pernah kau sadari
bagai mutiara terbenam dalam lumpur
cobalah sejenak temukan jati diri
merangkai kembali asa yang terkubur
terlalu indah hidup ini bila harus kau akhiri
terlalu pendek pikir bila menempuh jalan pintas
sedangkan masih tersisa jalan yang bisa kau lalui
setinggi apapun ilalang tumbuh pasti bisa dipangkas
andaikan saja kau terjerumus kedalam jurang
yakinlah bahwa kami akan menarik tanganmu
bila kau merintih didalam luka yang meradang
percayalah tentu ada yang datang membantu
jalani hidup adalah pilihan
mati adalah kehendak Tuhan
jangan pernah patah arang, kawan
esok hari menyimpan sejuta harapan
.oOo.
Puisi ini didedikasikan untuk Ignatius Ryan