memang darah dan daging ditubuh kami sudah jadi tanah
atau tercabik oleh gerigi tajam ikan buas didasar samudera
tulang belulang kami telah lama berserakan bercampur sampah
bersemayam didalam bilik misteri dan tiada satupun bisa menerka
apakah kalian pikir kami telah lama mati ?
apakah kalian pikir bisa membunuh kami ?
tidak !
sama sekali tidak !
kalian hanya sekedar menghilangkan jasad kami
kalian cuma bisa membunuh raga kami yang kasar
tapi tidak untuk jiwa dan semangat juang kami
kami masih hidup dan masih nampak segar bugar
biar tubuh kami yang kotor itu pernah kalian siksa
meski badan kami yang hina itu pernah kalian seret
tapi kami masih punya nurani yang bersih
kami tetap punya keinginan yang murni
kami dulu berada ditengah wajah-wajah tertindas
berdiri kokoh memperjuangkan rakyat yang tergilas
kami terus membela kaum lemah yang tersungkur ditelapak kekuasaan
kami tak punya apa apa, selain gelora semangat yang menyala-nyala
kalian tak kan mampu membuat kami tunduk dan patuh
atas segala yang kalian nyatakan ‘demi kemakmuran rakyat’
kemakmuran rakyat mana yang kalian maksudkan
sedangkan masih tertinggal didalam gubuk bambu
dipinggir jalan yang penuh lubang dan berbatu
terdangar rintihan anak anak kami yang kelaparan
terali besi yang dulu kalian bangun untuk kami
itu semua sama sekali tak akan pernah berarti
kami tak kan jera biar meringkuk diruang penjara
sedikitpun tak surut meski kami terkapar di bui
kami tak takut miskin karna kami sudah sejak lama miskin
kami terbiasa menderita karna kami seringkali menjadi korban
tapi kami tak mau diam terjajah kaum sendiri dinegeri sendiri
kami akan terus berjuang hingga runtuhnya tembok tirani
kami rela menjadi tumbal atas lahirnya bayi reformasi
kami telah tinggalkan serangkaian catatan perjuangan
yang menoreh lembaran hitam pelanggaran hak hak kami
terbungkus didalam ribuan syair dan puisi
yang masih jelas terbaca hingga kini
kami adalah jiwa pemantik semangat juang
yang tak mau dan tak bisa berhenti
terus berjuang, berjuang dan berjuang
demi kemakmuran seluruh pelosok negeri
.oOo.
Puisi ini didedikasikan kepada para aktifis yang hingga kini hilang *):
Widji Thukul, hilang sejak 1998
Herman Hendrawan, hilang pada 12 Maret 1998
Bimo Petrus, hilang pada minggu ketiga Maret 1998
Suyat, hilang pada minggu pertama Maret 1998
Sonny, hilang pada 26 April 1997
Noval Alkatiri, hilang pada 29 Mei 1997
M. Yusuf, hilang pada 7 Mei 1997
Yadin Muhidin, hilang pada 14 Mei 1997
Hendra Hambalie, hilang pada 14 Mei 1998
Ucok Munandar Siahaan, hilang pada 4 Mei 1997
Ismail, hilang pada 29 Mei 1997
A. Nasir, hilang sejak 14 April 1998
*) data wikipedia