ada satu musim didalam ruang batin
saat cakrawala menyirat cahaya suram
sepanjang malam bertiup angin dingin
mega mendung diangkasa berparas muram
gelatik bersembunyi disela riam dedaunan
enggan berkencan dengan bulan purnama
ribuan kembang ditaman menguncup perlahan
kelopak mawar luruh bersama bunga kamboja
air sungai nan bening kini kembali keruh
lumut hijau terurai lepas tak lagi utuh
sawah ladang menunggu hujan tak membasuh
guratan wajahku nampak kering dan lusuh
embun tak hendak menyambut datangnya pagi
kabut tebal meredam sinar cahaya pelangi
semilir angin gunung membawa nuansa sunyi
semesta alam memantulkan rona pucat pasi
sudut mataku tak sanggup menahan gerimis
rongga dada sesak menahan batin teriris
teriring alunan sendu tembang melankolis
detik waktu berlalu melukis raut wajah sinis
bidadari khayangan sudikah kau datang
menemaniku berjalan menembus ilalang
ajaklah aku berdansa dipinggir telaga
ditengah riuhnya canda tawa anak angsa
wahai ibu yang senantiasa merawat luka
kasih sayangmu bagai penawar segala duka
tersenyumlah untuk mengusir derita anakmu
peluk erat tubuhku yang menghela nafas beku
duhai langit terbentang luas tak berbatas
kuatkan pundakku memikul beban makin berat
hembuskan udara nyaman dalam helaan nafas
hapus segala noda bekas langkah yang kubuat
biarlah kini aku mengisi hidup sendiri
termangu menatap bayangmu menepi
tak ada lagi yang perlu aku sesali
kekasihku pergi dan tak kembali lagi..