sinar mentari menyusup di sela ranting bambu
redup cahaya kemerahan memayungi latar senja
aku sendiri dalam diam menghitung detik waktu
yang merangkak pelan bersama hati yang hampa
nuansa keheningan kembali datang menemani
arungi gelap malam yang segera menyapa
pucuk daun waru seakan memanggil sepi
anak angsa merapat dibawah sayap ibunda
langit kelam terhampar di sepanjang arah mata
bagai lembar kanvas yang terlukis wajah tercinta
gelombang kerinduan kembali merasuki kalbu
meraih keinginan yang terdampar dalam bisu
batin merintih seirama rintik hujan yang jatuh
tak sabar menunggu saat ‘tuk menyatu bersama
terhalang jarak yang tak kan mampu kurengkuh
kunikmati sendiri senandung rindu yang tercipta
seandainya saja aku punya sepasang sayap
inginku terbang ke awan menjemput bulan
kupetik bintang terangi malam yang gelap
bermain bersama bidadari kecil di pelataran
aku tenggelam di dasar kerinduan yang dalam
dalam hati selalu bertanya apa kabarmu disana
aku hanya bisa memandangi senja yang diam
apakah kau juga merasakan apa yang kurasa
kan kulewati malam panjang bersama hening
berbincang dengan sepi yang terbisa menemani
detak jam dinding bagai musik yang berdenting
riuh suara sepasang jangkrik membelah sunyi
kesekian kali kurebahkan tubuhku dipelukan senja
terbaring sendiri merangkai angan dan impian
seberkas asa masih kusimpan di sudut mata
seiring langkah hidup dalam ruang perantauan
.oOo.
@donibastian – lumbungpuisi #302
Sumber gambar : kristupa.wordpress.com