“TENTANG KAMU, DIA, DAN REALITA”

“Kenapa kau mau dengannya?”

“Apa yang dilihatnya darimu?”

Ah, seperti biasa

Lagi-lagi komentar tanpa mutu

 

Tidak masalah seperti apa dia

Mungkin dia bersungguh-sungguh

Mungkin sebaiknya juga kau tak terlena

Jangan-jangan dia hanya tukang tipu

 

Bagaimana bila realita lagi-lagi berakhir duka?

Luka lama akan kembali menganga bak ditikam sembilu

Akankah mereka memandangmu perempuan bodoh belaka

yang percaya bahwa kali ini cinta sejati menghampirimu?

 

Tak perlu bertanya-tanya tentang dirinya

Biarkan hatimu terlindung kembali oleh dinding tebal ciptaanmu

Jangan sampai kau serapuh yang mereka kira

bila lagi-lagi cinta membuatmu jatuh

 

‘Cinta’?

Ah, tidak juga

Entah apa maunya

Kau juga tidak pernah menjanjikan apa-apa

kecuali menanti waktunya pergi

dan kau kembali (dibiarkan) sendiri…

 

R.

(Jakarta, 20 Oktober 2015, 12:45)

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.