(Dari #puisimalam di @nulisbuku , 23 April 2016 – 23:00 – 00:00)
Sedih,
terlalu lama kau buatku pedih
Mata ini basah oleh perih
Jiwa ini masih merintih
Aku membenci sedih yang tak berujung
Kapan dia akan buntung?
Dengan bahagia, aku ingin kembali tersambung
Sedih itu menerorku
Bahagia terancam luruh bagai debu
Hati terganggu oleh hantu masa lalu
Aku sedang berusaha
mengenyahkan sedih dengan sedemikian rupa,
meski dia masih bercokol di ruang yang sama
Wajahmu ingatan sedih di benakku
Kenapa kamu yang harus jadi hantu?
Kenapa kita tidak seperti dulu?
Kau mungkin berbeda kini,
tak lagi peduli,
meski sedih masih terpancar di mata ini
Mungkin kau bahagia
Demimu aku berpura-pura,
seakan sedih tak pernah ada
lebih nihil dari fatamorgana
Mungkin jarak juga berperan
perlahan menghapus kesedihan
menggantinya dengan sekedar kenangan
Sedih terpedih berbalut sunyi
Ada redam pada retaknya hati,
meski entah kapan memulihkan diri
Biarkan #puisimalam jadi pelarian
bagi jiwa-jiwa sedih yang tersesat
dalam kabut nestapa yang pekat
Ada sedih di balik bungkamku
Kau hanya tertawa, seakan aku lucu
Sungguh, kadang aku ingin membunuhmu
Rasanya mata batinmu telah tumpul
Kau biarkan sedihku terkumpul
menunggu murka yang siap balas memukul
Banyak yang bisa dilakukan dengan kesedihan
Diam…atau siap menghantam penuh dendam?
R.