Kau mencari yang hilang
Matamu kadang tampak nyalang
Apa yang kau lihat?
Aku sendiri lebih banyak diam,
enggan memulai debat.
Apa yang ingin kau temukan?
Masa lalu tak mungkin sejajar dengan masa sekarang.
Kita semua telah berubah.
Sudahlah!
Tak usah mencari-cari siapa atau apa yang salah.
Ah, tidakkah kau lelah?
Mengapa harus merasa kalah?
Semuanya berbeda.
Suka tidak suka,
inilah realita yang harus kau terima.
Tak banyak lagi yang bisa atau ingin kuceritakan.
Kepingan masa lalu biarlah tinggal kenangan.
Pelajaran terpahitku saat itu:
Tak semua tentangku kamu harus tahu.
Tak perlu kau selalu mencecar hingga mencercaku.
Jangan bersedih,
meski diamku mungkin buatmu pedih.
Aku takkan menganggapmu musuh,
selama kau tidak usil dan rusuh.
Dunia sudah cukup keruh.
Masih sahabat?
Maaf, saat-saat itu sudah lewat.
Kita tak bisa lagi terlalu dekat.
Perbedaan kita terlalu pekat.
Biarlah sedikit jarak membuat kita lebih sehat.
Mungkin akan ada masa itu lagi
dimana semuanya bisa kembali.
Mungkin juga tidak dan kita akan baik-baik saja.
Saatnya dewasa.
Tak perlulah menganggap ini semua akhir dunia.
R.
(Jakarta, 10 Februari 2015)
menyedihkan,…. akhir sebuah persahabatan..tp kalau sahabat yg baik sih..kadang musuhan ….nggak lama baikan lagi…..saya kasih cover gambar ya mba…
Terima kasih, Mbak Josephine. 🙂 Yah, baik tidak sama dengan sempurna. Ada beberapa drama yang enggan saya ulang dan sebaiknya tidak, apalagi bila kita tetap melakukan kesalahan yang sama tanpa pernah benar-benar sadar dan (mau) belajar – hingga kata ‘maaf’ lama-lama jadi kehilangan artinya.
Gambarnya bagus. Makasih, ya.
wahhh…. “gue banget”– sama dong Mba Ruby..memang ada sahabat yg dibaikkin dan dimaafin bolak balik selalu menyakiti hati kita lagi…heheh yg kayak gitu mmg harus dihindari — kalau ‘level kita lebih tinggi’ kita akan mampu mendoakan agar beliau insyaf — sayangnya aku juga kadang udah jengkel adanya malas berurusan lagi..boro boro mendoakan hihihi…