meski teguh kukuh laksana bukit karang
tak ‘kan goyah dihempas riak gelombang
namun beri aku waktu agar hatimu luluh
agar kelak kubisa membuat cintamu jatuh
kata demi kata kutulis di secarik kanvas
bagai butiran permata dalam bait puisi
melukis imajinasi pada selembar kertas
biarkan anganmu terbang sekehendak hati
cinta yang kupunya seluas samudera biru
walau sedikitpun kau tak pernah mau tahu
sedalam lautan yang menyimpan keteduhan
setinggi puncak gunung yang membelah awan
berada di sampingmu adalah mimpi sepanjang malam
memendam rasa rindu hanyalah sebagai menu harian
terlintas senyum manismu tatkala mataku terpejam
hanya namamu yang tertanam di setiap perjalanan
mungkin saja kau tak pernah menyadari
betapa aku ingin senantiasa menyertai
demi sepatah kata darimu yang mengalir di bibir
bagai setetes embun membasahi jiwaku yang getir
tidakkah kau ingin menyusuri taman bunga
yang kini telah kupersiapkan sejak lama
berdua kita bisa bercerita tentang asmara
‘kan kupetikkan kembang mawar merah merona
tak terasa hingga larut malam telah tiba
membawamu terbang di tengah tabur bintang
ingin ku raih bulan purnama sebagai mahkota
kusematkan pada helai rambutmu yang panjang
sudikah kau bertandang di ruang batin ini
yang sekian lama terasa sepi tanpa hadirmu
lihatlah sejenak wajahku yang pucat pasi
manahan pedih perih derita saat kumerindu
hanya suara detak jam dinding di kamar
menemaniku senandungkan melodi kesepian
sambil mencumbu bayanganmu yang tersamar
menyatu rintih gerimis di tengah keheningan
kubertanya pada bulan sabit di angkasa
masih adakah waktu berpihak kepadaku
kutengadahkan wajah menatap langit senja
tapi sayang jawabnya hanya diam membisu
bila memang aku adalah pungguk yang merindu
sedangkan engkau adalah indah bulan purnama
biarlah aku sendiri disini tetap menunggu
sampai akhir masa saat raga terpisah jiwa
.oOo.
@donibastian – lumbungpuisi #297
greenfield – 14/06/2015