anak muda berparas tampan termangu sendirian
tatap matanya menerawang menembus batas ruang
dalam hatinya dingin beku menyimpan selaksa beban
berdiam diri menahan gempuran problema yang datang
terlintas dibenaknya dua gaya bicara saling serang
ditengah medan pertengkaran kedua orang tuanya
seakan merambat di dinding terdengar kian lantang
meski kedua belah tangan membekap liang telinga
musim lalu ayahnya mempersunting wanita simpanan
sedangkan ibunya sibuk merawat lelaki pujaan hati
meski soal uang dan materi tak pernah dirisaukan
tanpa kasih sayang orang tua semuanya tak berarti
satu semester terbuang tanpa hasil yang jelas
berangkat kuliahpun dia sudah mulai malas
cita-cita ingin menjadi seorang sarjana
terkubur bersama puing masalah keluarga
gadis mungil dambaan hatinya telah pula pergi
meninggalkannya sendiri tanpa sebab yang pasti
tiada lagi tempat baginya untuk sekedar curhat
dunianya serasa gelap dan sebentar lagi kiamat
nafasnya tersengal menahan sesak rongga di dada
tak ada tempat baginya bersembunyi dari kenyataan
sudut matanya mengering tiada lagi tetesan airmata
anak muda itu nampak lelah dan tak mampu bertahan
seraya bangkit tubuhnya melangkah pelan ke arah jendela
dipandanginya suasana jalanan yang dilanda sunyi senyap
lampu kota seakan meredup menyambut kegalauan jiwa
memudar bersama sepasang kelopak mata yang mengatup
esok harinya terbersit kabar dihalaman depan harian kota
ditemukan seorang pemuda tergeletak dilantai tak bernyawa
sekujur tubuhnya bersimbah darah dan remuk porak poranda
terjatuh dari lantai 9 disebuah apartemen mewah bintang lima
tertinggal dikamar sepucuk surat
tergores dua baris kalimat singkat
“untuk mama, papa dan kekasihku shinta
selamat tinggal orang-orang tercinta.. “
.oOo.