Mata Menatap Nanar

Mata Menatap Nanar
Puisi : Edy Priyatna

Sebilang gelap senantiasa sunyi
saat larut tiba bersama senyap
udara dingin berteman sepi
tanpa ada ramai hiruk pikuk
tak ada gaduh ingar sedikitpun
hanya ada angin silir-semilir
menelan hangat di dalam mimpi
mengikuti jejak alunan malam

Sedang lazimnya kerap terdengar
suara indah pengantar tidur
nyanyian jangkrik temaram
melantunkan tembang kesepian
atau gita katak yang merindu
mengarung bulan berjalan
mengiringi bintang-bintang bernyanyi
kini semua tak ada lagi

Seluruhnya bening dalam dekapan
keindahan mulai sirna
entah apa sebabnya
mungkin manusia telah ingkar
hancurkan alam dengan tangannya
akankah alunan indah ini pudar
membuat mata menatap nanar
pada kabut tebal menyaput cahaya

(Pondok Petir, 31 Juli 2013)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

4 Komentar