Puisi Menjelang Tidur

dream

malam ini,  minggu 5 mei 2013

aku pasang headphone
membekap erat kedua kupingku
kuputar lagunya christina perri – a thousand years
berulang ulang, berkali kali
sebagai suara latar
dalam menulis puisiku ini

waktu rasanya berjalan dengan sangat pelan
mungkin lebih lambat dari jalannya keong racun
yang sedang merambat pada sebatang pohon pisang

masih tersisa rasa rindu yang tertinggal di hati
setelah seharian aku menunggu kehadiranmu
tapi kaupun tak kunjung datang juga
padahal aku tak berharap banyak
hanya untuk sekedar membaca sebaris tulisanmu

itupun aku tak mampu menemukannya
aku juga menyadari bahwa apalah arti keberadaanku
sebab akupun tak dapat menjanjikan apa apa
hanya sebait puisi yang bisa aku tuliskan buatmu

itupun juga sebisaku dan tak seindah puisi lainnya
meski kau tak pernah mau mengerti
aku tak kan pernah bisa berhenti
untuk selalu merindukanmu
untuk terus berharap bertemu

aku sungguh ingin tetap bersamamu seribu tahun lagi
seperti apa yang sedang dinyanyikan christina perri

setiap hari aku merasa berada dipintu kematian saat aku sedang menunggumu
tapi kamu tak perlu khawatirkanku karena aku akan selalu mencintaimu
selama seribu tahun lagi.. seribu tahun lagi.. atau bahkan bisa lebih..

merindukanmu
laksana musim kemarau panjang berharap setetes air hujan kan datang
bersamamu
layaknya bulan yang senantiasa bercengkerama dengan bintang sepanjang malam

aku yakin kau sudah terlelap diperaduanmu
dan tak pernah berpikir bagaimana aku memeluk rindu
mungkin kaupun sudah terbang bersama mimpi mimpi indahmu
dan tak pernah peduli airmataku menetes menahan perih ingin bertemu denganmu

bila saja kau bisa mendengar ratapan hatiku
kaupun tentu tak kan pernah ragu
bila saja kau bisa melihat airmataku yang jatuh
kaupun tentu tak kan sanggup meninggalkanku

tapi itu semua tak kan pernah terjadi
karna kau berada disana dan aku masih terdiam disini

tapi bila kau mau
kaupun masih bisa temukan jejak jejak perasaanku
kala kau membaca setiap baris puisiku

bila aku teruskan merangkai kata dalam puisi ini
seluruh danau, sungai dan samudera luas yang ada dimuka bumi
takkan pernah mampu menampung semua kata yang aku tulis

dalamnya rinduku ini tak kan pernah bisa tertandingi
meski kau bandingkan dengan dalamnya palung ditengah lautan sekalipun

tapi apalah gunanya
bila kaupun tak pernah mau membacanya

dengarlah Anisa,
sampai kapanpun aku akan tetap menunggumu..

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.