seorang lelaki muda bergelar sarjana
terduduk dibawah pohon beringin tua
sejenak luruskan kaki melepas lelah
sesekali mengusap dahinya yang basah
terik matahari memaksa kulitnya legam terbakar
debu pasir jalanan merendam sepatunya yang kusam
selembar dasi biru dilehernya masih saja melingkar
kemejanya yang putih nampak lusuh bermandi peluh
sudah sekian puluh kantor tlah dihampiri
berniat hati menawarkan kemampuan diri
setiap kali nafasnya terhela panjang
tatkala mendengar kata tak ada lowongan
sebotol minuman yang bening sejuk dingin
berada dalam genggaman jemari tangannya
ujung rambut bergerak dihembus semilir angin
cairan itu dihirupnya sekedar mengusir dahaga
terlintas dibenaknya kala duduk dibangku kuliah
habiskan banyak biaya sampai rela menjual sawah
kini setelah lulus sarjanapun masih terlunta lunta
mencari kerja ternyata tak semudah yang disangka
tak terasa tiga musim berlalu tanpa ada hasil
tinggalkan kekasih hati di kampung terpencil
berjanji untuk menikah setelah mendapat kerja
hatinya gundah dan tak tahu harus berbuat apa
terpasung dalam kerinduan kepada kekasihnya
ingin berjumpa namun tak kuasa melakukannya
mengingat dirinya masih juga belum bekerja
terjerat janji yang tlah terucap dibibirnya
diantara lembaran kertas lamaran kerja
terselip gambar kekasihnya yang memudar
masih tersirat senyumnya yang manis manja
dipandanginya gambar itu sambil berujar
“maaafkan aku sayang, aku belum bisa pulang”
kedua sudut matanya seraya berkaca kaca
dalam hatinya masih teguh menyimpan asa
terus berusaha dan berserah diri kepadaNya
semoga diberi kemudahan menjalani hidupnya
.oOo.