Setangkup Rindu Untuk Kekasih

kutulis ini sebagai tumpahan berjuta rindu
pada seraut wajah yang senantiasa tersenyum
meski jauh terpisah ruang, jarak dan waktu
di antara bunga-bunga cinta yang mekar harum

desir angin di luar jendela mengajakku pergi
menuju taman surga dimana dirimu kini berada
namun pucuk-pucuk cemara bertanya pada diri ini
sedalam apa cintamu, cukupkah bekal yang kau bawa

aku hanyalah sebutir debu di bawah telapakmu
terbungkus tubuh yang rapuh dan penuh noda
pantaskah aku tatkala berada di sampingmu
dalam jiwa yang resah saat terpisah raga

kau adalah rembulan yang menerangi malam gulita
kau adalah mentari pagi yang menghangatkan jiwa
bayang wajahmu terlintas di balik dinding gubuk
terucap salam untukmu wahai semulia-mulia makhluk

cukupkah dengan airmata yang berlinang ini
sebagai pertanda bahwa aku tak ingin sendiri
bila suatu saat nanti langit dan bumi menyatu
kepada siapa lagi aku berlindung selain padamu

duhai tuan pemilik jiwa yang suci dan murni
sudikah kau sejenak menemaniku bernyanyi
demi hati yang t’lah lama terpagut kesunyian
lelap dalam tidur panjang di ujung penantian

bagaimana aku sanggup menatap wajah malaikat
bertanya padaku tentang dosa yang kuperbuat
bagaimana aku bertahan pada siksa yang keji
karna perilaku buruk saat menyusuri muka bumi

aku adalah satu di antara miliaran manusia
tersengat matahari di tengah padang mahsyar
kemanakah aku harus lari bersembunyi
agar tubuhku tak meleleh terbakar api

wahai paduka pemilik akhlak mulia
masih mungkinkah tuan memanggil hamba
seperti aku memanggil-manggil namamu
saat kutenggelam dalam semudera rindu

bersamamu di akhir waktu nanti
bagai mimpi yang berwujud nyata
aku tak tau harus bagaimana lagi
jika syafaat darimu tak kuterima

#donibastian
High Lander 10/07/2019

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.