Pandemi global telah mengubah wajah industri pariwisata secara menyeluruh. Dari cara orang merencanakan perjalanan hingga jenis pengalaman yang dicari, semuanya mengalami pergeseran. Sekarang, saat dunia perlahan kembali bergerak, wisatawan muncul dengan kebutuhan, harapan, dan gaya baru. Inilah 10 Tren Wisata Pasca-Pandemi yang kini mendominasi dunia.
1. Wisata Alam dan Terbuka Makin Diminati
Setelah berbulan-bulan terkukung di rumah, orang-orang mendambakan udara segar dan ruang terbuka. Gunung, pantai tersembunyi, dan taman nasional menjadi pilihan utama.
Contoh destinasi:
Taman Nasional Yellowstone (AS)
Danau Toba (Indonesia)
Pegunungan Alpen (Swiss)
Mengapa tren ini muncul?
Keinginan menghindari keramaian dan menikmati keindahan alam sebagai sarana healing.
2. Staycation dan Liburan Dekat Rumah
Banyak orang memilih liburan jarak dekat (staycation) untuk alasan keamanan, kenyamanan, dan efisiensi biaya. Hotel-hotel lokal merespons dengan paket khusus dan fleksibilitas pemesanan.
Contoh tren:
Staycation di vila pedesaan
Glamping di pinggiran kota
Hotel urban dengan paket relaksasi
3. Perjalanan Berdampak Positif (Meaningful Travel)
Wisatawan kini lebih sadar lingkungan dan sosial. Mereka ingin liburan yang bermakna—baik untuk diri sendiri maupun komunitas lokal.
Bentuknya:
Voluntourism (sukarelawan sambil liburan)
Wisata edukatif dan budaya
Mendukung usaha lokal dan UMKM
4. Digital Nomad & Workation
Kemajuan teknologi kerja jarak jauh membuka peluang untuk bekerja dari tempat-tempat indah. Banyak negara bahkan menawarkan visa khusus digital nomad.
Destinasi populer:
Bali (Indonesia)
Chiang Mai (Thailand)
Lisbon (Portugal)
Fasilitas pendukung:
Internet cepat
Coworking space
Akomodasi jangka panjang
5. Privasi Jadi Prioritas: Liburan Eksklusif dan Custom
Orang-orang kini lebih memilih akomodasi privat—seperti vila, kapal pribadi, atau resort dengan sedikit tamu—untuk menghindari keramaian.
Contoh tren:
Kapal Phinisi sewa pribadi di Labuan Bajo
Private island stay di Maladewa
Glamping mewah di pegunungan
6. Slow Travel: Menikmati Perjalanan dengan Penuh Kesadaran
Bertolak belakang dengan gaya “kejar banyak tempat,” slow travel mendorong wisatawan menikmati satu destinasi dengan tenang dan menyerap budaya lokal lebih dalam.
Ciri khas:
Menginap lebih lama
Interaksi intensif dengan penduduk lokal
Menjelajahi tanpa buru-buru
7. Kesehatan dan Wellness Travel Meroket
Liburan bukan lagi sekadar kesenangan, tetapi juga pemulihan fisik dan mental. Wisata kebugaran, spa, meditasi, dan yoga menjadi tren besar.
Destinasi unggulan:
Ubud (Bali) untuk yoga dan spiritual retreat
Kerala (India) untuk Ayurveda
Sedona (AS) untuk energi healing
8. Perjalanan Ramah Lingkungan (Sustainable Travel)
Kesadaran akan perubahan iklim dan jejak karbon membuat wisata ramah lingkungan makin dicari.
Bentuk nyata:
Eco-lodge dan resort berkelanjutan
Transportasi rendah emisi
Wisata berbasis komunitas
9. Micro-Cation: Liburan Singkat Tapi Padat
Waktu libur terbatas? Tak masalah. Liburan singkat (1–3 hari) yang terencana dengan baik kini jadi pilihan realistis, terutama bagi pekerja remote yang fleksibel.
Contoh:
2 malam di pantai terdekat
Wisata kota dengan itinerary padat
Staycation dengan agenda relaksasi penuh
10. Fleksibilitas Adalah Raja
Pandemi mengajarkan pentingnya rencana cadangan. Kini, wisatawan mengutamakan penyedia jasa yang fleksibel dalam pemesanan, pembatalan, dan perubahan jadwal.
Fitur yang dicari:
Refundable booking
Travel insurance yang mencakup COVID-19
Layanan customer care 24/7
Penutup: Wisata yang Lebih Bermakna dan Pribadi
Liburan pasca-pandemi bukan lagi soal ke mana kita pergi, tetapi bagaimana dan untuk apa kita melakukannya. Tren ini menunjukkan bahwa wisatawan kini lebih sadar, lebih personal, dan lebih menghargai setiap momen perjalanan. Dunia mungkin berubah, tapi semangat menjelajah tetap menyala—dengan cara yang baru dan lebih bijak.