Setiap langkah kaki di tempat wisata meninggalkan jejak. Pertanyaannya: jejak seperti apa yang ingin kita tinggalkan—jejak kehancuran atau jejak pelestarian? Di tengah krisis iklim global, pariwisata—yang selama ini dianggap sebagai industri yang “aman”—ternyata turut menyumbang masalah. Menurut laporan United Nations World Tourism Organization (UNWTO), sektor pariwisata menyumbang sekitar 8% dari total emisi gas rumah kaca global. Ironisnya, banyak destinasi indah yang justru rusak akibat over-tourism. Inilah saatnya kita mulai mengenal wisata berkelanjutan, dengan cara yang lebih sadar dan bertanggung jawab. Berikut panduan lengkap dan cerdas untuk kamu yang ingin menjelajah dunia, tapi tetap peduli pada bumi.
Mengapa Wisata Berkelanjutan Sangat Dibutuhkan?
1. Bumi Sudah Terlalu Lelah
Fenomena seperti pemutihan karang di Great Barrier Reef, sampah plastik di pantai Bali, hingga peningkatan suhu di kawasan pegunungan menunjukkan bahwa alam tak lagi sanggup menahan laju eksploitasi. Banyak lokasi wisata yang terancam punah karena tidak ada pembatasan pengunjung atau pengelolaan yang bijak.
2. Masyarakat Lokal Sering Tak Menjadi Tuan Rumah
Di beberapa daerah, pembangunan hotel besar dan fasilitas mewah justru menggeser penduduk lokal dan menaikkan biaya hidup. Tanpa prinsip berkelanjutan, industri wisata hanya menguntungkan segelintir pihak.
3. Krisis Iklim Tak Lagi Jauh
Perubahan iklim memengaruhi pariwisata secara langsung: salju mencair di resor ski, hutan terbakar, hingga laut naik menenggelamkan destinasi pulau kecil. Wisata yang tidak ramah lingkungan mempercepat krisis ini.
7 Langkah Cerdas Jadi Wisatawan yang Tidak Membebani Bumi
1. Riset Sebelum Pergi
Cari tahu apakah destinasi yang kamu tuju menerapkan prinsip wisata berkelanjutan. Periksa apakah mereka punya sistem pengelolaan sampah, pembatasan pengunjung, atau program konservasi. Banyak website seperti Sustainable Travel International atau Ecotourism.org menyediakan informasi ini.
2. Kurangi Jejak Karbon Transportasi
Transportasi adalah kontributor emisi karbon terbesar dalam pariwisata. Berikut alternatif ramah lingkungan:
Pilih kereta api dibanding pesawat untuk jarak menengah.
Jika naik pesawat, pilih maskapai yang punya program carbon offset.
Gunakan transportasi umum di destinasi, seperti MRT, bus lokal, atau sepeda.
Contoh: Di Jepang, banyak wisatawan memilih naik Shinkansen karena kecepatan dan efisiensinya, sekaligus mengurangi emisi dibandingkan dengan pesawat.
3. Pilih Akomodasi yang Bertanggung Jawab
Hotel berkelanjutan biasanya memiliki:
Sistem pengolahan air limbah
Panel surya atau sistem energi hijau
Bahan bangunan lokal dan alami
Program pelestarian budaya dan lingkungan
Contoh: Bambu Indah di Ubud, Bali, dikenal karena arsitektur bambunya yang organik dan kebijakan nol plastik.
4. Konsumsi dengan Bijak
Bawa tumbler, sedotan stainless, dan wadah makanan sendiri.
Kurangi konsumsi makanan cepat saji atau produk impor.
Pilih restoran lokal yang menggunakan bahan organik dan hasil pertanian setempat.
Tahukah kamu? Produksi satu botol plastik 600 ml membutuhkan sekitar 3 liter air hanya untuk proses pembuatannya.
5. Berinteraksi dengan Komunitas Lokal
Alih-alih paket wisata komersial, coba:
Tinggal di homestay milik warga
Ikut kelas memasak tradisional
Kunjungi pasar lokal
Belajar kerajinan khas daerah tersebut
Ini bukan hanya pengalaman yang lebih autentik, tapi juga langsung mengalirkan uang ke kantong warga lokal.
6. Jangan Tinggalkan Jejak Merusak
Jangan buang sampah sembarangan, termasuk puntung rokok.
Jangan mengambil apapun dari alam, termasuk pasir, kerang, atau bunga.
Jangan menyentuh satwa liar atau memberi makan binatang tanpa izin ahli.
Ingat: “Take nothing but pictures, leave nothing but footprints.”
7. Gunakan Media Sosial Secara Bertanggung Jawab
Banyak orang pergi ke lokasi hanya karena viral di media sosial. Tapi tempat yang tidak siap menampung wisatawan bisa rusak karena over-exposure.
Saat membagikan konten:
Sertakan informasi edukatif
Ajak pengikut untuk menjaga alam
Hindari lokasi yang belum siap secara ekologi
Contoh Praktik Nyata Wisata Berkelanjutan di Indonesia
Desa Wisata Nglanggeran (Gunungkidul, Yogyakarta)
Bekas gunung api purba ini kini jadi destinasi ekowisata unggulan, dengan sistem pengelolaan berbasis masyarakat, konservasi air, dan atraksi budaya lokal.Taman Nasional Tanjung Puting (Kalimantan Tengah)
Program wisata susur sungai sambil mengamati orangutan liar, dikelola dengan aturan ketat agar tidak mengganggu habitat alami.Pulau Menjangan (Bali Barat)
Program coral adoption di mana wisatawan bisa ikut menanam karang dan memantau pertumbuhannya.
Arah Baru Pariwisata: Dari Konsumtif ke Kontributif
Pariwisata masa depan tak lagi tentang “berapa banyak tempat yang kita kunjungi,” tapi “apa dampak kita di sana.” Konsep wisata regeneratif bahkan mulai naik daun—yaitu wisata yang tidak hanya berkelanjutan, tetapi juga memperbaiki ekosistem dan memperkuat masyarakat lokal.
Penutup: Jadilah Wisatawan yang Meninggalkan Jejak Kebaikan
Wisata berkelanjutan yang cerdas bukan berarti mengorbankan kenyamanan, tapi soal membuat pilihan yang lebih bijak. Dengan langkah kecil seperti membawa botol minum sendiri atau menginap di tempat yang bertanggung jawab, kamu sudah ikut ambil bagian dalam menyelamatkan bumi.
Mari kita ubah cara kita melihat liburan: bukan hanya untuk healing, tapi juga untuk healing the planet.