Tangisan Kuntilanak

kunti
kerangka malam yang mengeluh sunyi
rintih gerimis basahi tanah kuburan
kelopak kamboja perlahan jatuh mati
di tengah suara jangkrik bersahutan

kerlip cahaya kunang-kunang terangi jalan
di antara batu nisan yang diam membeku
sayup terdengar tangis seorang perempuan
mengajak seikat ilalang bersenandung pilu

rambut hitam panjang terjurai di belai angin
menutupi sebagian wajahnya yang pucat pasi
sekujur tubuh terbalut selembar putih kain
sejenak menebar wangi harum bunga melati

memendam rasa duka yang mendalam semasa hidup
masih terbawa meski telah lama terpisah raga
demi cintanya yang murni dan tak pernah redup
kepada kekasih yang telah pergi tinggalkannya

tak sanggup menahan derita yang memasung jiwa
memilih mati bersama seikat tali yang menjerat
hidup hanyalah sekadar memuja cinta yang hampa
meregang nyawa bersama asa yang hilang musnah

isak tangisnya mendadak terhenti
berganti tawa kecil memecah sepi
kemudian menghilang ditelan sunyi
membuat bulu kudukku ikut menari

@donibastian – puisi horor

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.