Hujan, Desember dan Cinta (versi revisi)

white-flowers-images-and-wallpapers-6
Intuisi cinta
Dalam sunyi hati menggelora
Teriakkan sebuah makna
Semeriah nafiri menyambut Raja

Roman
Bukanlah fiksi yang lahir dari kecelakaan
Namun ketidakcakapan rasa
Dalam menerka
Jadikan cinta seolah jalan menuju celaka

Dan dari imaji logis, mataku terbuka
Kita tengah berada di atas panggung sandiwara
Dalam diamku, aku adalah aktor monodramaku
Dalam malumu, kau adalah aktris monodramamu

Terkaan hanyalah terkaan
Hingga indera mampu membenarkan
Terkaan selamanya terkaan
Hingga spekulasi menjadi deklarasi

Aku ialah hamba Allah
Terciptaku dari sari tanah
Bagaimana bisa aku melupakan langit
untuk mencintai Bumi yang begitu sempit?

Bahkan tunas di antara sejuta menara Hyperion
Berani mati untuk memilikimu, cinta
Dan setetes embun yang menantang samudera
Tampak gila, karena cinta tak selamanya logika

Arang Karbon, Intan pun Karbon
Aku mencintaimu walau aku arang
Arang Karbon, Intan pun Karbon
Terimalah cinta ini, duhai kau Intan

Hukum-Nya ialah asas untuk berpijak
Haribaan-Nya ialah tempat untuk berpulang
Syurga-Nya adalah garis finish untuk dituju
Dan ridha-Nya adalah yang kucari sepanjang masa

Musim hujan di bulan Desember
Momen terlahir suatu neo hikayat
Tentang aku, kau dan cinta
Tentang hujan,
Desember
dan Cinta

Aku ingin mencintaimu juga

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.