Kepada Saudaraku Bakar Diri di Istana Merdeka
Puisi : Edy Priyatna
Hari Rabu petang di depan istana Merdeka
ketika senja menjadi atap
rumah pemimpin tertinggi
bangsa kita yang selalu berperkara
membuat lelah semua jiwa
ditengah habisnya harapan hidup
saat berkata dinilai sederhana
saat orasi dianggap dusta
tak selalu pernah digubris
hingga semua kata tak bermakna
penguasa telah kehilangan hati
kau tiba-tiba hadir dengan ikhlas
tanpa senjata
tanpa atribut
tanpa suara
melakukan unjuk rasa
bertemankan api meninggalkan suara raga
Mungkin sejarah pertama bangsa ini
akan bermakna bagi rakyatnya
sementara penguasa amat menyayangkan
kendati simpati maupun sangat prihatin
namun kau telah menyadarkan semua mata
negara sudah dalam keadaan kotor dan harus dibersihkan
Sikap tercela yang kau lakukan
membuat semua hormat padamu
kau disayangkan karena dia tak tahu makna
kau sudah bicara walaupun tanpa suara
Sekarang kau tidur terbaring lemah
dengan mata tertutup
di depan orang banyak
dengan matanya terbuka
sunyi telah menggugah masalah-masalah
penderitaan
penganiayaan
pembohongan publik
penyalahgunaan
pendustaan
pengkorupsian
serta asa-asa negeri yang telah sirna
sehingga bermanfaat bagi kemajuan bangsa ini
kami berharap kau segera terjaga
karena kami ingin menanyakan siapa namamu…….
manstafff nih
Manstaf 🙂