berbekal setangkup kesederhanaan
hijau huma terhampar ditinggalkan
melukis mimpi diujung pagi buta
silau pandang gemerlap keping harta
anak semata wayang bermata coklat
menatap sayu dalam pelukan ibunya
tak menyurutkan niatnya yang bulat
mengadu nasib kedalam ranah ibukota
sudut matanya basah saat berpisah
berjanji kembali pada purnama kedua
gemetar kakinya mengatur langkah
terselip sepotong doa dari istrinya
seiring waktu yang berjalan perlahan
menantang gelombang metropolitan
ternyata tak seperti yang di damba
bartahan hidup hanya untuk sementara
kini dia bersandar di sudut lorong
berselimut dingin diatas kasur kertas
tersirat tatap matanya yang kosong
merenungi nasibnya yang tak jelas
terngiang kembali isak tangis anaknya
teringat lagi wajah lembut istrinya
ingin rasanya dia kembali pulang
tapi apa daya belum cukup uang
tekad dalam hatinya masih ada
tak menyerah meski merenggut derita
terbenam lautan rindu kampung halaman
yakinkan diri esok masih tersisa harapan
.oOo.