Nyanyian Tujuh Kelopak Bunga Kamboja

monumen-pancasila-sakti2

segumpal awan hitam tersangkut dipucuk pohon cemara
menyirat bayangan kelam di satu pagi
aku termangu dibibir sumur tua
menyapa alunan elegi

sayup terdengar tujuh kelopak bunga kamboja bernyanyi
bersama embun luruh jatuh kebumi
merintih disela jerit lolong serigala
menyimpan selaksa luka

mereka sedang mempertanyakan
apa yang sesungguhnya kalian inginkan
mencari kesempatan didalam kesempitan
secara paksa mengambil alih kekuasaan ?

kalian hembuskan nafas konspirasi busuk
menyeruak dari mulut beraroma bangkai
membangun kekuatan yang nampak kokoh
namun rapuh bagai tubuh tak bertulang

apakah untuk mencapai sebuah tujuan
harus ditempuh dengan memakan korban
apakah demi meraih puncak singgasana
mesti dengan menghalalkan segala rupa
mengarungi gelombang revolusi
mengunakan cara-cara yang keji

kami hanyalah sekuntum kamboja
tumbuh diantara ribuan kembang
satu persatu kelopak kami luruh
tersayat tangan berlumur dosa

kalian bisa mengijak-injak kami
mengiris-iris tubuh kami
hingga berdarah darah
hancur berkalang tanah

walau kalian sekap kedua mata kami
meski kalian sumpal mulut mulut kami
namun kami masih tetap bisa melihat terang
tapi kami masih mampu untuk bicara lantang

kami sekedar melihat sekelompok anjing bodoh
sedang menggali lobang kuburannya sendiri
tertawa-tawa bagai kerasukan setan mabok
tak menyadari esok pagi ajal telah menanti

bunga kamboja berkelopak tujuh
telah kalian gugurkan bersama
dalam satu lobang yang pengap
namun ketahuilah bahwa
dunia kalian tak kan lama
jutaan laskar bangsa
membuat kalian binasa

hanya waktu yang kan bicara

.oO-DB-Oo.

Puisi ini menemani renunganku di malam 30 September 2013

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

2 Komentar