ketika aku bersamamu, dengan dia, mereka dan siapa saja
aku tak mengerti mengapa aku merasa seperti seorang diri
kanan, kiri, muka, belakang, atas dan bawah semuanya sama
apakah aku tengah bermimpi atau terdampar ke ruang misteri
semut merah dan semut hitam berebut sebongkah gula-gula
dibuat dari serangkaian angka yang penuh dengan rekayasa
di bawah temaram cahaya lampu kota dua insan bermain mata
kedua tangan tertaut sebagai tanda dimulainya sandiwara
baju kebesaran membungkus tubuh tambun yang tak punya hati
dari mulutnya yang lebar menyeruak kata beraroma bangkai
senyumnya yang manis adalah sebatas topeng kemaunafikan
gayanya yang tampak sederhana tergambar demi pencitraan
aku bertanya kepada bulan yang bersembunyi dibalik sepi
apakah memang aku sedang berada dalam sebuah keterasingan
dia tampak tersenyum seolah tahu apa yang tengah terjadi
namun tak sepatah kata terucap dari bibirnya yang hitam
haruskah aku hanyut terbawa ombak menuju alam fiksi
yang masih mengalir sejak zaman nenek moyang mereka
berpesta pora menikmati dosa sepanjang alur tradisi
demi setumpuk pundi yang tak pernah membuatnya lega
lalu harus bagaimana bila mereka mengajakku berdandan
sementara hati nurani meronta tak mampu menahan rasa
demi persahabatan haruskah kebenaran menjadi korban
teringat pesan ibunda agar menjaga martabat keluarga
harga diri telah tergadaikan demi meraup keuntungan
pintu jeruji besi tak mampu lagi menyurutkan nyali
bunyi peluit sebagai isyarat hadirnya penegak keadilan
lobang kuping yang tuli tak membuat mereka berhenti
bila tak ada lagi bintang yang terlukis di angkasa
bagaimana aku melewati malam bertabur selaksa sunyi
hanya suara keheningan yang memecah kegelapan semesta
aku terkurung sendiri menunggu hingga datangnya pagi
dalam keterasingan ini, aku menatap langit yang diam
masihkah ada tetes embun membasahi bumi yang gersang
sekeping hati yang bening kini tak pernah lagi kusaksikan
terhempas oleh angin keserakahan yang makin mengguncang
setangkai doa terselip diantara kelopak melati
agar semerbak mewangi menghiasi seluruh negeri
semoga hujan gerimis mampu mengikis debu jalanan
mengantarkanku menuju ke pintu gerbang kebenaran
#donibastian – lumbungpuisi.com
ilustrasi gambar : vice-images.vice.com
Sehebat apapun kita. Sebagai manusia kita tidak mampu melawan keterasingan.