saat kudengar lagi lagu-lagumu
ingin rasanya aku kembali ke masa silam
saat kubaca lagi syair-syairmu
kepingan memori kembali bertebaran
semasa remaja yang tengah memendam rindu
ingin bertemu dengan teman sekolah dulu
ketika bunga-bunga cinta bermekaran
diantara dua hati yang dilanda kasmaran
teringat saat pertama memetik dawai gitar
senandungkan cerita tentang burung camar
yang sedang terbang mencari tiang sampan
tempat memijakkan kaki dengan pasti
aku tertegun menatap bulat telur wajahnya
rambutnya yang hitam dan bibirnya kemerahan
mengapa jantungku harus berguncang hebat
ketika dia berada tepat didepan mata
mengapa aku musti menahan selaksa rindu
sedangkan dia tercipta bukanlah untukku
kala bersandar di sebatang pohon pinus
pucuk-pucuk daunnya mengajakku bernyanyi
ranting kering luruh seraya menggugah
ingatkanku ‘tuk berangkat ke sekolah
sewaktu aku berbaring di lembar bambu
di balik dinding tua aku terdiam
kucoba bernyanyi untuk menahan letih
namun aku tak bisa bohongi diri sendiri
bahwa aku telah jatuh cinta kepadanya
meski telah kupejamkan kedua mata
namun bayang wajahmu semakin menggoda
ingin ku bunuh rindu di sudut ruang
tempatku tertidur dan terbuai mimpi
hingga kini baru kusadari
betapa dalam persaaan ini
ternyata mengagungkan cinta
harus beruraikan air mata
haruskah aku kalah dan kalah lagi
mestikah aku jatuh cinta dan patah hati
atau harus aku gali satu kubur untuk berdua
agar cinta tak lagi terbang kemana-mana
tapi aku harus segera pulang
dan kembali ke masa kini
meski waktu telah jauh kutinggalkan
namun kenangan tentangmu masih tersimpan
@donibastian – Tribute to Ebiet G Ade